“Tumpek Landep” Hari Istimewa Bagi Seniman

Perayaan “Tumpek Landep”

Sebuah hari yang istimewa bagi seniman tabuh dan tari Bali

Tumpek Landep Upacara di Bali

Secara umum perayaan Tumpek Landep memiliki makna umat Hindu memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati agar segala unsur senjata dapat bermanfaat dan memberikan arti penting bagi kehidupan manusia. Senjata ini dapat berupa senjata-senjata dalam arti sebenarnya seperti keris, pedang, tombak, pisau, sabit, cangkul, blakas, dll, dan dapat berupa buah karya manusia yaitu hasil teknologi seperti kendaraan, komputer, alat-alat elektronik, atau peralatan maupun benda-benda lainnya yang mengandung unsur logam dan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh kesejahteraan lahir batin.

Namun bagi kami para seniman tari dan tabuh senjata-senjata ini berupa instrumen-instrumen gamelan dan perlengkapannya, gelungan tari, property tari, keris, tombak, dan lain-lain. Perayaan hari Tumpek Landep bagi para seniman tari tabuh juga sering disebut otonan gamelan. Sebagaimana halnya manusia yang harus bersih secara jasmani sebelum melaksanakan upacara ngotonin, begitu juga akan sarana-sarana gamelan ini.

Sudah merupakan tradisi turun temurun, menjelang hari Tumpek Landep yang kali ini jatuh pada 13 Maret 2010, seluruh anggota sekaa gong Genta Bhuana Sari (gbs) melakukan pembersihan sarana berkesenian mereka, yang dilakukan pada haru Rabu, 10 Maret 2010. Sekaa Gong Genta Bhuana Sari memiliki dua jenis barungan gamelan, yaitu satu barungan gamelan Gong Kebyar, dan satu barungan gamelan Gong Gede Saih Pitu. Seluruh gamelan ini dilepas dan dibersihkan bumbungnya, pelawahnya, dan sampai pada bagian logamnya. Satu-persatu gamelan dibersihkan, dan setelah bersih, dirangkaikan kembali dengan jangat (tali gamelan) yang baru. Agar sarana gamelan ini tampak baru, bersih, bersinar, hingga siap diupacarai.

Selain bersih secara fisik, juga memiliki makna bahwa, saat diupacara pada Tumpek Landep secara jiwa raga, sekaa tersebut sudah siap untuk memulai lembaran baru, agar diberikan inspirasi dan spirit baru dalam berkesenian, dan memiliki taksu sehingga dewa kesenian bisa selalu menyertai setiap kegiatan berkesenian yang dilakukan oleh Sanggar Genta Bhuana Sari Peliatan ini.

Pada saat puncak acara, disiapkanlah semua sarana baik sarana upacara, sarana berkesenian seperti gamelan, gelungan, senjata tari, barong, dan rangda. Bahkan ada juga beberapa diantara anggota sekaa baik penari maupun penabuh yang mengupacarai alat gamelan atau sarana tari miliknya sendiri yang dibawanya langsung dari rumah untuk diupacarai secara bersamaan, seperti kendang, suling, rebab, gelungan tari, bunga mas, dan alat-alat berkesenian lainnya. Tidak terlepas pula, “m” telah mempersiapkan dua gelungan yang dimilikinya, yaitu gelungan tari Oleg Tamulilingan dan gelungan Tari Wiranata.

Pada siang harinya, 13 Maret 2010, upacara ini dilangsungkan di Merajan Puri Kaleran, tempat asal atau dibentuknya sekaa Gong Genta Bhuana Sari. Diadakan di tempat ini oleh karena upacara kali ini bersifat kecil (odalan alit), namun jika upacara bersifat besar (odalan gede) diadakan langsung di Pura Gunung Sari Peliatan.

Kami “ f & m ” tentunya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, bersama dengan para penabuh dan penari lainnya kami menghadiri upacara ini. Upacara ngotonin gamelan ini dipimpin atau dipuput oleh Mangku Pura Gunung Sari, yang dihadiri oleh seluruh anggota sekaa gong Genta Bhuana Sari dan juga dihadiri oleh Sekaa Gong TIrta Sari, yang sama-sama merupakan sekaa yang dibentuk di Puri Kaleran Peliatan.

Selain sebagai upacara otonan, oleh para seniman tari dan tabuh, Tumpek Landep ini juga dimaknai sebagai upacara mesakapan (perkawinan), yaitu mesakapan antara penabuh dengan gamelannya, penari dengan iringannya, dengan harapan dalam menampilkan sebuah karya seni bisa menjadi satu kesatuan, dan memiliki aura taksu.

Upacara ini berlangsung dengan begitu khusuk, hangat, dan penuh penuh kebersamaan diantara mereka semua yang hadir. Sampai akhirnya semangat kebersamaan ini diwujudkan dengan acara makan bersama (nunas lungsuran).

Semoga Ida Betara Ratu Panji, Dewa Kesenian, terus menyertai kita dalam setiap kegiatan berkesenian.

Terima kasih. Matur Suksma !