Tari Rejang Dewa oleh Anak Anak Banjar Kalah

Rejang Dewa. Setiap odalan di Pura Catur Bhuana Banjar Kalah, tari Rejang Dewa ini ditarikan oleh anak-anak dari sanggar tari Tunas Maragawi. Diiringi oleh Sekaa gong Banjar, Gurnita Sari. Namun pada odalan kali ini para penabuh pengiring tarian Rejang ini adalah anak-anak Banjar Kalah. Dengan penuh semangat mereka ikut pentas ngayah sebagai sebuah persembahan melalui kesenian.

Rejang Dewa Br.Kalah Pura Catur Bhuana
Latihan anak-anak cowok di Br. Kalah

Sebelum odalan anak-anak Banjar Kalah dipanggil dan dilatih hampir setiap hari kadang-kadang sampai 4jam-an. Mereka latihan cukup intensif untuk dapat memainkan tabuh Gilak dan iringan Tari Rejang Dewa.

Pembina tabuh I Made Putra Wijaya dan Gareng Maha Laksana. Kedua pemuda ini sudah sejak sebelumnya telah membina anak-anak ini dengan mengajarkan beberapa tabuh Baleganjur. Dalam persiapan latihan iringan Rejang Dewa kali ini f diberi kesempatan untuk ikut membantu melatih anak-anak ini. Model pola lagu dan kotekan-nya pun disederhanakan agar anak-anak dapat dengan cepat menguasai lagu.

Rejang Dewa Br.Kalah Pura Catur Bhuana
semua anak latihan gabung, penari dan penabuh di Banjar Kalah

Inilah hasilnya…..
Bagi beberapa penari Rejang dari TK dan SD, ini adalah pertama kalinya bagi mereka dapat ngayah menari Rejang Dewa. Begitu pula bagi anak-anak penabuh cowok, pertama kali ngayah di Pura Banjarnya sendiri.
Senyum ceria terpancar dari wajah mereka!!

Rejang Dewa Br.Kalah Pura Catur Bhuana
ngayah megamel (main gamelan) di Br.Kalah

Rejang Dewa Br.Kalah Pura Catur Bhuana
Penari Rejang Dewa dan Baris Jago Natab sebelum ngayah, Pura Catur Bhuana Banjar Kalah

Rejang Dewa

Rejang Dewa adalah salah satu jenis tari Wali atau tari sakral yang ditarikan saat proses upacara odalan di Pura. Karena kesakralan atau kesucian tarian ini, biasanya ditarikan oleh anak-anak yang masih gadis atau belum pernah datang bulan.

Busana tarian ini sangat khas dan bernuansa suci dengan warna putih-kuning dan memakai sebuah Gelungan yang terbuat dari daun kelapa muda dihiasi berbagai bunga, serta memakai sebuah selendang yang dalam salah satu gerakannya ditarikan dengan formasi lingkaran, secara simbolis juga bermakna untuk menyucikan tempat upacara.